Identifikasi Metabolit Sekunder dan Pengujian Aktivitas Antioksidan Pada Umbi Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)
Sari
Penelitian ini telah dilakukan dalam mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder dan pengujian aktivitas antioksidan pada umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.). Umbi bengkuang kaya zat gizi yang sangat penting bagi kesehatan, terutama vitamin dan mineral. Bengkuang mengandung flavonoid dan saponin serta zat fenolik, dimana kandungan senyawa-senyawa tersebut juga berfungsi sebagai antioksidan. Ekstrak umbi bengkuang diperoleh dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut yaitu n-heksan, aseton dan etanol serta uji aktivitas antioksidan menggunakan metode 2,2-difenil-1-pikrihidrazil (DPPH). Ekstrak dengan n-heksan menunjukkan adanya senyawa saponin dan alkaloid, pada ekstrak aseton adanya senyawa saponin, flavonoid dan steroid, sedangkan pada ekstrak etanol adanya senyawa fenol, saponin, alkaloid, flavonoid dan steroid. Aktivitas antioksidan dari ekstrak n-heksan didapatkan nilai IC50 dengan konsentrasi 93.952 µg/mL, pada ekstrak aseton 54.649 µg/mL, sementara pada ekstrak etanol 44.957 µg/mL. Asam askorbat sebagai pembanding didapatkan nilai IC50 dengan konsentrasi 38,8104 µg/mL.
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Andayani, R., Maimunah, & Lisawati, Y. (2008). Penetuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat total dan likopen pada buah tomat(Solanum lycopersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 13(1), 31-37.
Bahriul, P., Nurdin, R., & Anang, W. M. D. (2014). Uji aktivitas antioksidan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) dengan menggunakan 1,1-difenil-2-pikrihidrazil. Jurnal Akademika Kimia, 3(3), 143-149.
Banu, K. Sahira & Cathrine, L. (2015). General Techniques Involved in Phytochemical Analysis. International journal of Advanced Research in Chemical Science (IJARCS), 2 (4), 25-32.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Tradisional.Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Endarini, L.H. 2016.Farmakognosi dan fitokimia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Hanani, E. (2015). Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lintang, J. A., Rusmarilin, H. & Lubis, L. M. (2014).Aktivitas antioksidan ekstrak umbi bengkoang pada berbagai umur panen dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Ilmu dan teknologi pangan, 2(1), 47-56.
Molyneux, P. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (dpph) for estimating antioxidant activity.SongklanakarinJ. Sci. Technol. 26(2), 211-219.
Mosquera, O. M., Correa, Y. M., Butrago, D. C., & Nino, J. (2007). Antioxidant activity of twenty five plants from Colombian biodiversity. Mem Ins Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro, 102(5), 631-634.
Putra, S R. (2012). Optimalkan Kesehatan Wajah dan Kulit Dengan Bengkuang Cetakan Pertama. Yogyakarta: DIVA Press.
Rahayu, P. H. (2017). Perbedaan Aktivitas Antioksidan pada Perendaman 1 Jam dan 2 Jam Ekstrak Air Jamur Tiram (Pleorarus ostreatus) [Skripsi]. Sekolah Tinggi Kesehatan Insan Cendekia Medika. Jombang.
Redha, A. (2010). Flavonoid: struktur, sifat antioksidatif dan peranannya dalam sistem biologis. Jurnal Belian, 9(2), 196-202.
Soeryoko, H. (2013). 20 tanaman obat terbaik untuk maag, typus, dan liver.Yogyakarta: Rapha Publishing.
Sorensen, M. (1996). Yam bean (Pachyrhizus DC.) promoting the conservation and use of underutilized and neglected crop 2. Italy: International plant genetic resorces institute.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., & Kaur, H. (2011). Phytochemical screening and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia, 1(1), 98-106.
Wanti, S. (2008).Pengaruh Berbagai Jenis Beras terhadap Aktivitas Antioksidan pada Angkak oleh Monascus purpureus [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
DOI: http://dx.doi.org/10.52689/higea.v15i2.554
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##
slot gacor